Sekolah AshHabul Qur’an Wadah Belajar Alquran Segala Usia
- AqurPayakumbuh
- Oct 6, 2018
- 3 min read

Tak ada kata terlambat untuk belajar, apalagi untuk mempelajari Alquran. Beruntunglah mereka yang sedari usia dini sudah kenal dengan Alquran. Namun, bagaimana nasibnya mereka yang sudah berada di usia senja, tapi belum bisa membaca Alquran? Ingin hati untuk belajar, namun rasa malu terkadang menjadi penghalang terbesar bagi mereka.
Inilah yang melatar belakangi berdirinya Sekolah ASh Habul Qur'an (Aqur) Payakumbuh. Sekolah yang didirikan 30 Juni 2013 ini sebagai wadah bagi mereka yang ingin belajar Alquran dari segala usia. Ash Habul Qur'an dalam bahasa Arab berarti sahabat-sahabat Alquran. Sesuai dengan tujuannya, menjadikan Alquran sebagai sahabat dalam kehidupan.
Kepala Sekolah sekaligus pendiri Aqur, Ir Firdaus Yuda, mengatakan, tujuan didirikannya Aqur untuk menjawab keinginan masyarakat yang ingin belajar Alquran. "Kita menampung mereka yang ingin belajar tajwid (membaca), terjemah, dan tahfiz Alquran. Mereka diajar dan diasuh oleh para asatiz (guru-guru) terbaik lulusan Timur Tengah," papar Firdaus kepada Republika, Selasa (26/8).
Sekolah yang beralamat di Jalan A Yani Kelurahan Labuah Basilang, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat, ini pada awalnya hanyalah sebuah kajian tafsir Alquran. Saat itu, para pemuda menggelar acara Daurah Alquran 30 Juz yang dilaksanakan di berbagai masjid di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota.
Saat itu, daurah yang dibimbing Ustadz Dermiwa Riko Lc dinilai sukses besar memberikan motivasi kepada para pemuda. Para peserta yang jumlahnya ratusan tersebut tidak menginginkan daurah tersebut berakhir kemudian habis begitu saja. Akhirnya, panitia penyelenggara membuat sebuah sekolah Alquran yang kemudian diberi nama Ash Habul Qur'an.
"Ketika itu, teman-teman panitia tidak ingin dengan berakhirnya daurah maka kegiatan itu juga selesai. Dengan berbagai pertimbangan dan melihat antusias peserta daurah maka dengan izin Allah muncullah ide untuk membuat tempat mangaji Alquran khususnya di bidang ilmu tahsin dan tajwid. Alhamdulillah, akhirnya tempat mengaji ini menjadi Sekolah Alquran Payakumbuh Ash Habul Qur'an sampai sekarang," kisah Firdaus.
Ketika terjadinya pergolakan politik yang panas di Mesir, Kedutaan RI di Mesir berinisiatif untuk mengevakuasi mahasiswa Indonesia untuk pulang ke Tanah Air. Saat itulah, mahasiswa-mahasiswa Minangkabau yang menuntut ilmu agama di Mesir pulang beramai-ramai. Mereka berkumpul dan membuat kajian di masjid-masjid. Dengan adanya Aqur, ternyata telah menjadi wadah bagi mereka untuk berkumpul. "Jadi tidak heran, umumnya tenaga pengajar kita yang saat ini ada 13 orang di Aqur adalah alumni dari Mesir," tambah Firdaus.
Pembina Aqur, H Mukhyar Imran Lc, menambahkan, fungsi Aqur adalah sebagai sarana dan motor penggerak masyarakat agar kembali kepada Alquran. Sekalipun mereka yang belajar di Aqur hanya belajar baca tulis Alquran, namun mereka akan dikenalkan dengan ajaran-ajaran Alquran. Misalkan, seperti adab pergaulan sehari-hari sesuai tuntunan Alquran, cara berpakaian, motivasi mencari nafkah halal sesuai syariat, dan lainnya.
"Program kita untuk mengembangkan pengajian Alquran mulai dari tahsin, tajwid, terjamah, dan menghafal Alquran di lingkungan masyarakat. Kita ingin juga ada implementasi nilai-nilai Alquran yang dipelajari dan dihafal dapat terlihat di kehidupan sehari-hari," papar Mukhyar.
Menurut Firdaus, manfaat yang paling dirasakan mereka yang belajar di Aqur sungguh luar biasa. Tidak seperti di sekolah-sekolah lainnya, rasa cinta kepada Alquranlah yang menjadi motivasi mereka belajar.
"Kita melihat, jamaah kita itu semakin hari semakin lebih cinta dengan Alquran. Ada kepuasan dalam diri mereka ketika mereka sering berinteraksi dengan Alquran. Mereka menjadi rindu untuk membaca Alquran," paparnya.
Dari 270 orang yang kini belajar di Aqur, seperempat dari mereka adalah bapak-bapak. Sedangkan, tiga perempat lainnya adalah ibu-ibu. Banyak juga yang sudah dikategorikan nenek-nenek yang membaca Alquran dengan senter karena sudah hampir rabun. "Mereka banyak menemukan sesuatu yang belum mereka tahu ketika belajar. 'Oh, ternyata seperti ini, ya'. Akhirnya ada kecanduan yang timbul dalam diri mereka untuk membaca Alquran," tambahnya.
Ketika masa kenaikan kelas tiba, yang terjadi malah berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Para pelajar tidak yakin kalau mereka sudah naik kelas. "Bagi mereka itu tidak penting naik kelas atau tidak. Yang penting mereka bisa terus ngaji. Tentu kita tetap menjalankan sesuai prosedur. Kenaikan kelas itu perlu," papar Firdaus.
Firdaus bercita-cita, suatu saat nanti lembaga seperti Aqur bisa semarak di seluruh negri. Menurutnya, pengelolaan TPA, TPSA, serta MDA yang kini sudah ada perlu diperluas untuk segala usia. Belajar Alquran bukan untuk anak-anak saja, tapi untuk semua usia. rep:hanna putra ed: hafidz muftisany
Sumber www.republika.co.id
Comments